HUBUNGAN KEKUATAN
OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TOGOK TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA KUPU-KUPU PADA ATLET RENANG
KOTA MAKASSAR
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Dalam Rangka Penyusunan Skripsi
Pada Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Makassar
VERY FADLY
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2011
HALAMAN PERSETUJUAN
JUDUL PENELITIAN : HUBUNGAN
KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TOGOK TERHADAP
KECEPATAN RENANG GAYA KUPU-KUPU PADA ATLET RENANG KOTA MAKASSAR
JENIS PENELITIAN : DESKRIPTIF
N A M A : VERY FADLY
N I M : 083204031
F A K U L T A S : ILMU KEOLAHRAGAAN
Makassar, 2011
Pembimbing
Akademik Mahasiswa
Dr.Ahmad
Rum Bismar, M.Pd Very
Fadly
NIP.
19661030 199203 1 003 NIM.
083204031
Diketahui Oleh,
Ketua Jurusan
Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Drs.Nadwi Syam, M.Kes
NIP. 195 412 311 988031 002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia olahraga mempunyai arti dan
makna sangat penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang
sebesar-besarnya dalam kehidupan. Salah satu tujuan mereka berolahraga adalah
untuk meningkatkan kesegaran jasmani menjadi lebih baik. Olahraga pada
hakikatnya adalah setiap aktifitas fisik dimana dilandasi semangat perjuangan
melawan diri sendiri orang lain maupun lingkungan.
Olahraga adalah gerak manusia yang dilakukan secara
sadar, dengan cara-cara efektif yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
memelihara serta meningkatkan kualitas manusia, dengan memandang manusia
sebagai salah satu kesatuan psiko fisik yang komplek. Olahraga renang adalah
olahraga yang komplek. Dalam gerakan renang harus selalu menggerakkan seluruh
tubuh kita terutama kepala, tangan dan kaki. Gerakan renang dilakukan dengan
koordinasi gerakan antara anggota tubuh harus optimal agar mencapai hasil yang
optimal pula.
Renang merupakan cabang olahraga yang berbeda jika di
bandingkan dengan cabang olahraga lain pada umumnya. Renang di lakukan di air,
sehingga factor gravitasi bumi di pengaruhi oleh daya tekan air ke atas. Kegunaan
olahraga dewasa ini semakin hari semakin bertambah penting bagi kehidupan
setiap manusia, baik olahraga itu dilihat dari segi pendidikan (paedagogis),
segi kejiwaan (psycologis), segi fisik (physiologis) maupun dari segi hubungan
sosial. Hal tersebut mengingat peranan olahraga terhadap pertumbuhan dan
perkembangan fisik manusia sangat besar. Dengan melakukan olahraga secara
teratur otot akan menjadi kuat dan berkembang serta membuat organ-organ tubuh
berfungsi dengan baik.
Renang
merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup dikenal diseluruh lapisan
masyarakat, baik dari kalangan anak-anak sampai orang tua. Indikasi ini
diperkuat dengan dikenalnya bangsa Indonesia sebagai Negara kepulauan, karena
hampir separuh wilayah Negara kita adalah laut.
Berbicara
tentang olahraga renang, maka terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
tidak optimalnya kemampuan seseorang dalam renang, diantaranya adalah karena
tidak didukung dengan keadaan struktur tubuh yang dimiliki, tidak ditunjang
dengan kemampuan fisik yang memadai, kurangnya dorongan/ motivasi dalam
berenang dan sebagainya.
Berdasarkan observasi saya sebagai peneliti saya
melihat bahwa dalam renang prestasi atlet banyak yang surut karna komponen
kondisi fisik yang tidak sesuai dengan harapan, khususnya komponen-komponen
kondisi fisik yang harus diperhatikan di nomor kupu-kupu. Karena di nomor ini
atlet renang kota Makassar jarang meraih prestasi optimal di tingkat nasional.
Atlet yang memiliki struktur tubuh
yang baik yakni menyangkut tentang kekuatan
otot tungkai, kekuatan otot lengan dan kelentukan togo adalah
merupakan salah satu potensi yang baik
untuk mendapatkan kecepatan dalam renang.
Oleh karena itu, orang yang mempunyai kekuatan
otot tungkai, kekuatan otot lengan dan kelentukan togo rata-rata
memiliki kemampuan fisik yang baik seperi kekuatan, kecepatan, daya tahan dan
lain-lain. Olehnya
itu dapat dikatakan bahwa struktur tubuh merupakan prakondisi yang dapat
menunjang kecepatan renang pada atlet untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam bertanding.
Dari hasil analisis di atas dapat di simpulkan bahwa
dalam pengembangan cabang olahraga renang khususnya perlu ada penelitian yang
ilmiah dalam mencapai prestasi yang optimal. Dengan demikian, agar lebih
terkoordinirnya pengembangan dalam ilmu olahraga itu sendiri, dan bagi mereka
yang mengikuti strudi pada program Strata 1 perlu adanya persyaratan untuk
melakukan penelitian untuk itu peneliti mengangkat judul penelitian ini sebagai
berikut: “Hubungan Kekuatan Otot
Tungkai, Kekuatan Otot Lengan Dan Kelentukan Togok Terhadap Kecepatan Renang Gaya Kupu-Kupu Pada Atlet
Renang Kota Makassar”.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai terhadap
kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang kota makassar?
2. Apakah ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap
kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang kota makassar?
3. Apakah ada hubungan kelentukan togok terhadap kecepatan renang
gaya kupu-kupu pada atlet renang kota makassar?
4. Apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan
kelentukan togok terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu
pada atlet renang kota makassar?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang di
angkat adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kekuatan otot
tungkai terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kekuatan otot lengan
terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kelentukan togok
terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan
dan kelentukan togok terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
D.
Manfaat Hasil Penelitian
Hasil
penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai sumbangan yang berarti bagi perkembangan olahraga
terutama dalam peningkatan kecepatan renang gaya kupu-kupu.
2. Menambah ilmu pengetahuan dalam perkembangan renang pada
penulis khususnya.
3. Berguna bagi pelatih bahwa komponen fisik khusunya kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan
dan kelentukan togok terhadap kecepatan gaya
kupu-kupu.
4. Berguna bagi usaha
penelitian yang lebih luas dalam rangka pengembangan prestasi khususnya
prestasi renang agar dapat diketahui berbagai struktur tubuh yang dapat
menunjang kecepatan renang gaya
kupu-kupu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Tinjauan pustaka
Tinjauan
pustaka merupakan kerangka acuan atau sebagai landasan teori dalam melakukan
suatu penelitian. Teori-teori yang dikemukakan diharapkan dapat menunjang
penyusunan kerangka pikir yang merupakan dasar dalam merumuskan hipotesis
sebagai jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian ini.
1.
Renang gaya kupu-kupu
Renang
gaya kupu-kupu adalah sebagai gaya lanjutan, artinya para perenang untuk
merenangkan gaya ini telah dapat melakukan gaya yang lain (gaya crawl atau
gaya dada). Renang gaya kupu-kupu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
gaya kupu-kupu dolphin, yaitu gaya kupu-kupu yang menggunakan gerakan
tungkai menirukan lecutan ekor ikan dolphin. Gaya ini biasa disebut gaya
dolphin kick atau The Dolphin Butterfly Stroke (Kasiyo, 1980 :
15).
Pada awalnya gaya kupu-kupu merupakan modifikasi dari
gaya dada, dimana gerakan kakinya sama dengan gaya dada, sedangkan gerakan
lengannya (sapuan) berlawanan arah dengan gaya dada. Recovery lengan
dilakukan di luar air, tidak seperti gaya dada dimana recovery lengan dilakukan
di dalam air, sehingga gaya kupu-kupu ini dapat bergerak lebih cepat dibanding
dengan gaya dada. Gaya kupu-kupu ini disebut juga gaya dada modern.
Perkembangan berikutnya gerakan tungkai gaya kupu-kupu menggunakan gerakan
meniru gerakan ekor ikan dolphin, sehingga gaya ini disebut gaya dolphin.
Dengan gerakan tungkai ikan dolphin ternyata hasilnya lebih cepat
dibandingkan dengan menggunakan gerakan tungkai gaya dada. Hingga sekarang
setiap perlombaan renang gaya kupu-kupu selalu menggunakan gaya dolphin kick.
Dalam
membicarakan gaya kupu-kupu, nadwi syam membagi menjadi 5 (lima) bagian, yang
terdiri dari:
1) Posisi Badan
2) Gerakan Kaki
3) Gerakan Lengan
4) Pernapasan
5) Koordinasi Gerakan
1. Posisi Badan
Dalam
setiap renangan kita harus ingat bahwa posisi badan harus di usahakan sedatar
mungkin dengan permukaan air.pada gaya kupu-kupu terjadi gerakan dari tubuh
yang naik turun secara vertikal sesuai dengan irama gerakan dari kaki dan
pukulan dolphin.gerakan tubuh yang naik turun ini tidak di jumpai pada gaya
renang yang lain.dengan gerakan naik turun dalam renang tersebut maka tahanan
depan akan bertambah,sehingga untuk membentuk posisi badan yang datar seperti
pada gaya bebas dan gaya punggung tidak mungkin.Namun demikian haruslah dijaga
agar tahanan depan yang dihasilkan gaya kupu-kupu ini sekecil mungkin,dengan
usaha agar posisi badan sedatar mungkin.
Ada 2
hal yang perlu diperhatikan pada gaya kupu-kupu yang dapat menghasilkan posisi
badan yang streamline.
1) Pada waktu bernafas kepala di usahakan naik serendah
mungkin asalkan mulut telah keluar dari permukaan air dan cukup untuk mengambil
nafas.secepatnya setelah pengambilan nafas selesai,kepala tunduk kembali untuk
menjaga posisi badan yang streamline.
2) Gerakan menendang dari kedua kaki yang merupakan pukulan
kaki ikan dolphin,haruslah di usahakan tidak terlalu dalam sebab pukulan yang
terlalu dalam hanya akan menambah tahanan
depan saja.tendangan kedua kaki dilakukan dengan cara menekuk kedua kaki
pada persendian lutut untuk kemudian diluruskan lagi dengan keras.menekuknya
kedua kaki haruslah diusahakan sedikit saja jangan terlalu dalam.bila bengkokan
sendi lutut terlalu dalam,maka tendangan kaki tersebut tidak terlalu efisien
dan tahanan depan akan besar dengan demikian akan menghasilkan sikap badan yang
tidak streamline.
2. Gerakan Kaki
Tendangan
kaki gaya kupu-kupu sebenarnya hampir sama dengan gerakan kaki pada gaya
bebas,yaitu bergerak naik turun secara vertikal.bedanya yaitu pada gaya
kupu-kupu tendangan kaki naik turun tersebut dilakukan secara bersama-sama
(serentak) dan semetris antara kaki kanan dan kaki kiri,sedang tendangan kaki
pada gaya bebas dilakukan dengan naik turun secara bergantian antara kaki kanan
dengan kaki kiri.
Tendangan
kaki pada gaya kupu-kupu dimulai pada pangkal paha dengan cara menekuk kaki
pada persendian lutut ,penekukan kaki dilakukan kecil saja sehingga telapak
kaki tidak keluar pada permukaan air.tetapi hanya sebagian dari telapak kaki
yaitu jari-jari kaki saja yang keluar dari permukaan air.penekukan kaki atau
gerakan kaki keatas dilakukan dengan rileks dan pelan sedangkan gerakan kaki
kebawah atau meluruskan kaki dengan kekuatan yang besar,dimana punggung kaki
menendang dengan keras kearah bawah.
Pada
waktu kaki bergerak ke atas telapak kaki dari keadaan bertekuk berubah
kekeadaan lurus,sedangkan pada waktu tendangan ke bawah yang keras, telapak
kaki dari keadaan lurus berubah menjadi keadaan bertekuk, gerakan telapak kaki
menekuk ini merupakan dorongan yang besar. Tendangan kaki ke bawah yang keras
ini akan mengakibatkan bagian badan terutama pantat bergerak ke atas, sedangkan
pada waktu kaki bergerak ke atas, maka bagian badan terutama pantat akan
bergerak turun.pada satu kali putaran lengan tendangan kaki pada gaya kupu-kupu
ini dilakukan dua kali, kedua tendangan tersebut tidaklah sama,melainkan
sedikit berbeda.
Perbedaan
tersebut terletak pada keras atau dalamnya tendangan kaki.pada tendangan yang
pertama dilakukan dengan kuat dan dalam, sehingga mengakibatkan pantat naik
cukup tinggi sedangkan tendangan kaki yang kedua pelan dan tidak dalam.fungsi
dari tendangan kaki yang kedua adalah untuk menormalkan gerakan pertama yang
keras tadi sehingga pantat tidak meloncat tinggi ke atas, hal ini akan sangat
mengurangi tahanan depan.
Urutan
gerakan kaki pada gaya kupu-kupu:
1) Kaki dalam keadaan lurus sampai dengan telapak kaki.
2) Gerakan kaki keatas dilakukan dengan cara kaki
membengkokkan kaki pada persendian lutut (articulatio
genu).bengkoknya kaki ini tidak terlalu besar sehingga hanya sebagian
jari-jari kaki saja yang keluar dari
permukaan air.
3) Tendangan kedua kaki kearah bawah dilakukan dengan keras
terutama punggung kaki. Tendangan ini dengan cara meluruskan kedua kaki dari
sikap membengkok.
4) Tendangan kaki ini masih berjalan, terlihat sikap kaki
yang lurus dari sikap bengkok.
5) Setelah tendangan kaki ke bawah berakhir, maka kaki di
gerakkan ke atas dari sikap kaki yang lurus untuk kemudian di tekuk pada
persendian lutut.
Sedangkan
Menurut Soejoko ( 1992:49-50 ) Gerakan kaki terdiri
dari:
1)
Irama gerakan kaki
yang terdiri dari:1.) Naik turun mengarah lurus, 2.) Naik turun dengan 6
pukulan kaki (the six beat kick), dengan kedalaman kaki di bawah
permukaan air ketika naik turun dari atas permukaan air berkisar 25 – 30 cm,
3.) naik turun dengan 4 pukulan kaki (the four beat kick atau broken tempo
kick), 4.) naik turun dengan 2 pukulan kaki (the two beat kick) ,
5.) naik turun dengan 2 pukulan kaki menyilang (the two beat crossover kick)
2)
Pada fase istirahat
(disaat lutut membengkok, membentuk sudut untuk memukul dan melecut) mempunyai
sudut berkisar antara 30° - 40°.
3)
Kedalaman paha ketika
melakukan gerakan ke bawah atau saat memukul atau melecut adalah 25 – 30 cm
dari permukaan air.
4)
Kedalaman tungkai
kaki bagian bawah atau telapak kaki dari permukaan air ketika melakukan pukulan
dan lecutan sekitar 30-35 cm.
3. Gerakan Lengan
Pada gaya kupu-kupu
kedua lengan haruslah di gerakkan secara serentak dan sometris antara lengan
kiri dan lengan kanan.
Gerakan lengan pada gaya kupu-kupu terbagi atas 2
(dua)bagian yaitu:
1) Gerakan Recovery
Gerakan Recovery lengan adalah gerakan lengan pada saat akhir dayungan
sampai dengan pada saat permulaan dayungan. Gerakan recovery ini sebagai
berikut:
Setelah kedua tangan keluar dari air tangan mulai dilemparkan ke depan
pada posisi yang rendah dalam bentuk parabola yang datar. Gerakan ini dilakukan
dengan rileks, kedua tangan masuk kedalam air pada titik sedikit diluar garis
bahu.gerakan recovery lengan ini dilakukan secara serempak dan simetris antara lengan
kiri dan lengan kanan.
2) Dayungan Lengan
Gerakan menarik (pull) dan gerakan mendorong (push).setelah tangan masuk
kedalam air, maka mulailah dengan lengan kea rah lurus kemudian gerakan berubah
arah dengan memutar ke arah dalam. Pada saat berputar kedalam lengan di tekuk
±135º pada sudut siku.gerakan kedalam ini masih dalam gerakan tarikan.gerakan
selanjutnya tangan berubah arah yaitu memutar keluar.gerakan lengan memutar
keluar ini merupakan gerakan dorongan dari lengan.akhir dari dorongan apabila
kita perhatikan gerakan dari telapak tangan
gaya kupu-kupu pada saat mendayung adalah sebagai berikut:
Setelah
telapak tangan masuk kedalam air mulailah gerakan kearah luar kemudian kedalam
dan selanjutnya keluar lagi sampai selesai gerakan mendayung.kedua telapak
tangan akan membuat gerakan seperti bentuk lubang kunci (key hole).selama
dayungan telapak tangan menyesuaikan
dengan gerakannya.pada gerakan keluar telapak tangan menghadap keluar, pada
saat putaran kedalam telapak tangan yang
menghadap keluar menjadi menghadap kedalam dan pada gerakan memutar keluar maka
telapak tangan memutar dari menghadap kedalam menjadi menghadap
keluar.kecepatan gerakan dari arah pelan keaarah keras.sehingga pada saat
dorongan harus dilakukan sekeras-kerasnya.
Bila kita perhatikan gerakan lengan dari gaya kupu-kupu sebenarnya hamper sama
dengan gerakan lengan pada gaya bebas baik pada gerakan recovery maupun pada
gerakan mendayung.bedanya pada gaya kupu-kupu dilakukan secara serempak dan
simetris antara lengan kanan dan lengan kiri sedangkan gaya bebas gerakan
lengan dilakukan secara bergantian antara lengan kanan dan lengan kiri.
Urutan gerakan lengan pada gaya kupu-kupu:
a. Lengan pada saat akhir dayungan untuk persiapan
recovery.
b. Lengan pada saat pelaksanaan recovery dengan
melemparkan lengan kearah samping permukaan air.
c. Lengan pada kahir recovery dimana kedua tangan masuk
ke dalam air di depan kepala pada garis bahu.
d. Kedua lengan masuk kedalam air dengan sikap tunduk.
e. Kedua lengan mulai melakukan tarikan kearah luar
f.
Kedua lengan mulai
bergerak kea rah dalam masih dalam tarikan menekuk lengan pada persendian siku.
g. Kedua lengan mulai dengan dorongan kea rah dalam
h. Kedua lengan pada akhir dayungan, dimana kedua ibu
jari menyentuh paha.
4. Pernapasan
Pernapasan pada gaya
kupu-kupu dilakukan dengan mengangkat kepala kedepan seperti pada gaya
dada.pengankatan kepala di lakukan pada saat akhir dari tarikan dan memulai
dari dorongan lengan,naiknya kepala dari permukaan air diusahakan sedikit mungkin asal mulut
telah keluar dari permukaan air dan dapat melaksanakan pernapasan.pengambilan
napas dilakukan dengan cepat,dengan cara menarik napas lewat mulut secara
meledak(cepat),secepatnya setelah mengambil napas kepala segera diturunkan lagi
untuk menghindari bertambahnya tahanan depan.pengeluaran udara dilakukan dalam
air di saat kepala akan keluar dari permukaan air.pengeluaran udara dilakukan
lewat hidung secara meledak(cepat).
5. Koordinasi gerakan
Pada gaya kupu-kupu
harus ada persesuain gerakan antara gerakan lengan dan gerakan kaki. Persesuaian
tersebut terutama dalam hubungan sikap badan yang naik turun secara vertikal
lengan,meliuk-liuk seperti halnya ikan dolphin yang sedang berenang.pada satu
kali putaran lengan terjadi putaran kaki dua kali,keras dan lemah. Pada saat
permulaan tarikan dilakukan tendangan kaki yang pertama (keras) pada saat
dorongan lengan dilakukan tendangan kaki yang kedua (lemah).
2.
Kekuatan otot tungkai
Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi
fisik seseoarang tentang kemampuanya dalam mempergunakan otot untuk menerima
beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995:8). Jadi kekuatan otot tungkai adalah
kemampuan otot-otot tungkai untuk menahan beban sewaktu bekerja.
Menurut Jensen
(1983 : 154) kekuatan dasar untuk penampilan gerak, dan mungkin kekuatan
merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam penampilan prestasi
gerak. Hampir semua penampilan prestasi gerak yang giat bersemangat tergantung
pada kemampuan dalam menerapkan besarnya force melawan resistance,
peningkatan kekuatan sering memberi kontribusi terhadap prestasi performance
gerak menjadi lebih baik.
Strength
menurut Wilmore (1986:113) ialah dapat didefinisikan
sebagai kemampuan maksimum yangdiaplikasikan atau untuk resistance force, dan strength
sebenarnya merupakan komponen fisik yang paling dasar, terbebas dari power
dan daya tahan otot, yaitu tergantung dari tingkat kekuatan otot dari
masing-masing perenang.
Kemudian Menurut
Harsono ( 1988 : 177 ) menyatakan sebenarnya strength, power dan
daya tahan otot atau endurance otot, ketiga tersebut saling mempunyai
hubungan dengan faktor dominannya yaitu strength. Strength tetap
merupakan dasar atau basis dari power daya tahan otot. Strength yaitu
kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan
otot merupakan komponen yang sangat penting atau kalau bukan yang paling
penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan.
Bertolak dari
pengertian diatas maka kemampuan fisik khususnya strength dalam
menunjang kecepatan renang gaya kupu-kupu hubungannya dengan kekuatan otot
tungkai terhadap prestasi atlet renang gaya kupu-kupu adalah sebagai berikut:
Untuk mengerakkan
otot tungkai, otot pergelangan kaki yang meliputi : Musculus Quadriceps
extensor, gastrocnomius, dan gluteus maximus, quadriceps extensor tediri dari
empat macam otot yaitu rectus femoris, vastus lateralis, vastus intermedialis,
dan vastus medilalis. Otot-otot ini terlibat pada waktu seorang melakukan renang
gaya kupu-kupu dan berperan untuk dorongan kedepan (Soejoko H, 1992:15).
3.
Kekuatan otot lengan
Dalam
cabang olahraga renang khususnya pada gaya kupu-kupu kekuatan otot lengan
sangat menentukan tercapainya suatu hasil yang maksimal. Kemampuan lengan dalam
melakukan suatu gerakan hentakan harus optimal, jika lengan kurang memiliki
kemampuan fisik seperti kekuatan maka kemampuan dalam melakukan gerakan-gerakan
yang baik tidak akan tercapai. Kontraksi otot ini menghasilkan tenaga eksternal
untuk menggerakkan anggota tubuh. Kekuatan lengan berkaitan atau berhubungan
erat dengan kemampuan renang pada gaya kupu-kupu dengan menggunakan kekuatan
dinamis karena dalam melakukan gaya tersebut atlit berusaha untuk memindahkan
posisi badan dari ujung kolam ke ujung kolam, dalam hal ini lengan adalah alat
penggerak dalam melakukan ayunan menghambat tahanan didalam air guna membawa
tubuh didalam menyikapi teknik-teknik yang ada pada gaya kupu-kupu itu sendiri.
Menurut
Soejoko H (1992 : 14 -15 ) ada beberapa fungsi kekuatan otot lengan dalam
olahraga renang antara lain:
1. Untuk menggerakkan lengan sebagai pendayung:
latisimusdorsi pectoralis major, teres major, dan triceps otot-otot ini penting
untuk menariklengan ke dalam air dan menjadi tenaga dorong untuk ke empat gaya
renang yang di perlombakan.
2. Untuk menggerakkan lengan memutar kedalam: teres
major, sub scapularis, latisimus dorsi, dan pectoralis major. Pada ke empat
gaya renang yang diperlombakan otot-otot ini digunakan untuk memutar lengan
bila perenang melakukan gaya dengan benar. Untuk menggambarkan gerakan ini
dengan meluruskan lengan kedepan secara mendatar, siku bengkokkan sehingga
membentuk sudut 450, selanjutnya angkat siku tersebut dan turunkan tangan.
3.
Untuk menggerakkan pergelangan tangan dan fleksor jari-jari: fleksor carpi,
ulnaris, dan palmaris longus. Banyak di antara perenang yang otot-ototnya ini
kurang kuat menahan air, sehingga waktu lengannya ditarik jari-jarinya terbuka.
4.
Untuk menggerakkan
extensor siku: triseps. Pada saat orang perenang akan mengakhiri tarikan
lengannya dalam gaya crawl, dada,dan kupu-kupu akan menggunakan otot extensor,
sikunya untuk menyibakkan air ke belakang (Soejoko H., 1992 : 14-15).
Tentunya tidak
lepas dari hal di atas maka kondisi fisik utama yang menunjang sebagai penopang
agar mampu melakukan gerakan kupu-kupu yang baik dan maksimum karena kekuatan
itu sendiri merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik yang dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
4. Kelentukan
togok
Pada dasarnya semua cabang olahraga membutuhkan unsur kelentukan
(fleksibilitas), karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu
sekmen bergerak semaksimal menurut kemungkinan gerak. Kualitas iti kemungkinan
otot-otot atau sekelompok otot untuk memanjang dan memendek serta memanfaatkan
sendi-sendi secara maksimal.
Berdasarkan hal tersebut, maka setiap cabang olahraga mempunyai persamaan
mengenai pentingnnya unsur fleksibilitas dalam penampilan yang optimal. Untuk
cabang olahraga renang, kelentukan sangat di butuhkan utamanya pada saat
melakukan gerakan-gerakan teknik dasar tersebut. Harsono, (1988:163) memberikan
definisi sebagai berikut: ”kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan
dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga
ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen”. Kelentukan
merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan
fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendo, ligamen, dan
struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psokologis dalam bekerja
(berolahraga).
Jadi perlu di sadari bahwa tanpa pertimbangan yang memadai terhadap
kelentukan, cenderung akan mengurangi kemampuan otot dalam amplitudo gerakan
responden otot, sebagaimana di kemukakan oleh Paul Uram (1986:14) bahwa:
”latihan dalam program atlet tanpa pertimbangan yang memadai bagi perkembangan
kelentukan cenderung untuk mengurangi jangkauan normal dari gerakan dan
membatasi responden otot”. Sadoso sumosardjono (1986:58) mengemukakan bahwa:
Latihan peregangan dapat memperbaiki dan membuat badan terasa enak” Dari sisi
lain kegunaan latihan kelentukan adalah untuk mempertahankan kekuatan bahkan
dapat meningkatkan kekuatan. Hal ini dapat di perkuat oleh Paul Uram (1986:7)
yaitu: ”latihan kelentukan dapat bermanfaat untuk memelihara kekuatan bahkan
menabah kekuatan, atau latihan kelentukan dapat bermanfaat bagi kelentukan,
kecepatan dan ketahanan”. Kemudian Sadoso Sumosardjono (1986:61). Juga
mengatakan bahwa: ”Menambah kelentukan dan peregangan ada pula hubungannya
dengan kenaikan kekuatan. Ada yang berpendapat bahwa dengan lebih banyak
melakukan peregangan otot dan menjadi lebih kuat”.
Begitu juga halnya dalam melakukan tehnik dasar renang, kelentukan memiliki
peran besar dimana pada saat melakukan gerakan tersebut kelentukan otot-otot
pada togok harus lentur agar peregangan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan
tegang yang akan mengakibatkan fatal bagi yang melakukannya.
Kelentukan merupakan salah satu aspek fisik yang sangat penting dalam
pencapaian prestasi yang optimal. Kelentukan di perlukan sekali hampir di
setiap olahraga yang membutuhkan ruang gerak sendi seperti renang.
Kelentukan atau daya lentur adalah efektifitas
seseorang dalam menyesuaikan diri dalam segala aktifitas dengan penguluran
tubuh yang luas. (M.Satojo, 1995:17).
Hal ini akan sangat mudah ditandai
dengan tingkat (flexibility),persendian
pada seluruh tubuh.
Berdasarkan pengertian kelentukan otot togokdalam
penelitian ini adalah kemempuan melentukan togok atau batang tubuh sedemikian rupa sehingga berbeda dalam sikap anatomis yaitu lurus antara batang
tubuh dengan tungkai.
Renang gaya kupu-kupu dengan kelentukan togok sebagai
upaya persiapan pelaksanaan renang dalam gaya ini dimana kelentukan akan
memberikan sudut gerakan badan dalam ayunan. Kedua aspek tersebut merupakan
satu kesatuan gerak yang penting dalam menunjang pelaksanaan gaya kupu-kupu
sehingga menghasilkan unjuk kerja yang optimal.
Berkaitan dengan
kelentukan dan fleksibilitas
togok, pada dasarnya bertumpu pada luas tidaknya ruang gerak sendi-sendi tubuh. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan besar
kecilnya sendi-sendi
tubuh dalam bergerak dan
dipengaruhi oleh elastisitas otot-otot tendon
dan ligamen. Dengan demikian seseorang dikatakan memiliki kelentukan togok yang baik apabila orang tersebut
mempunyai luas gerak bagian togok yang sangat luas dalam sendi-sendinya dan elastisitas otot perut serta otot punggung
yang baik.Kelentukan
merupakan salah satu aspek kondisi
fisik yang sangat penting
dalam pencapaian prestasi yang optimal.
Kelentukan adalah efektifitas seseorang dengan
pengukuran tubuh dengan pengukuran tubuh yang luas dan bahkan ada yang
mengidentifikasikan kelentukan sebagai suatu kemampua seseorang dalam
melaksanakan gerakan dengan amplitude yang luas. Dalam hal ini menyangkut
kemampuan seseorang melalui gerakan-gerakan jasmani atau usaha kelentukan.
Bertolak dari pengertian tersebut kelentukan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kelentukan togok kebelakang. Kelentukan
togok belakang merupakan unsur fisik yang juga sangat berperan dalam proses
gerak renang gaya kupu-kupu. Pada proses pola gerak ini di butuhkan kelentukan
pada daerah togok. Dengan memiliki kelentukan togok belakang yang lebih luas
dan maksimum maka akan menghasilkan kecepatan renang gaya kupu-kupu yang lebih efisien.
B.
Kerangka Berfikir
Kecepatan renang gaya kupu-kupu
|
Atlet Renang
Kota makassar
|
Gambar 1: Bagan kerangka berfikir
Atas dasar tinjauan pustaka yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka kerangka berpikir yang dapat dikemukakan oleh
peneliti adalah Jika seseorang
memiliki kekuatan otot tungkai yang baik maka akan memberikan hubungan yang
lebih besar terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu, Jika seseorang memiliki
kekuatan otot lengan yang baik maka akan memberikan hubungan yang lebih besar
terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu, Jika seseorang memiliki kelentukan
togok yang baik maka akan memberikan hubungan yang lebih besar terhadap kecepatan
renang gaya kupu-kupu, Dan Jika seseorang memiliki kekuatan otot tungkai,
kekuatan otot lengan dan kelentukan togok maka akan memberikan hubungan yang
lebih besar terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
C. Hipotesis penelitian
Atas dasar kerangka berpikir, maka
hipotesis penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Ada
hubungan kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu pada
atlet renang kota Makassar.
2.
Ada
hubungan kekuatan otot lengan terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu pada
atlet renang kota makaasar
3.
Ada
hubungan kelentukan togok terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet
renang kota Makassar.
4.
Ada
hubungan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan kelentukan togok
terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang kota Makassar.
1. Hipotesisi I
Ho: r1 = 0
H1: r1 ≠ 0
2. Hipotesis II
Ho: r2 = 0
H1: r2 ≠ 0
3. Hipotesis III
Ho: r3 = 0
H1: r3 ≠ 0
4. Hipotesisi IV
Ho: R1.2.3 = 0
H1:
R1.2.3 ≠ 0
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian
perlu diterapkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang sebenarnyaa untuk
memperoleh data yang mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas. Dalam bab
ini akan dikemukakan hal-hal yang menyangkut identifikasi variabel dan desain
penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Pelaksanaan
penelitian pada dasarnya adalah ingin memperoleh informasi atau data guna
memecahkan masalah yang diteliti. Informasi yang diharapkan hendaklah melalui
prosedur yang sistematis serta terarah dan bersifa ilmiah. Penggunaan metode
yang tepat akan menghasilkan jawaban terhadap masalah yang diteliti. Jadi
metode penelitian berarti cara-cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
operasional suatu penelitian.
A.
Variabel
dan desain penelitian
1. Variabel
penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang akan
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Ada dua macam variabel dalam
penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi variabel terikat , sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang di pengaruhi variabel bebas. Sedangkan variabel yang terkait
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel
bebasnya ada tiga
yaitu:
1) Kekuatan otot tungkai (X1),
2) kekuatan otot lengan (X2).
3) kelentukan togok (X3)
b. Variabel
terikatnya yaitu:
1) Kecepatan Renang gaya kupu-kupu (Y).
2. Desain
penelitian
Desain penelitian sebagai rancangan atau gambaran yang dijadikan sebagai
acuan dalam melakukan suatu penelitian. Penelitian ini adalah jenis penelitian
yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengtahui ada tidaknya Hubungan Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot
Lengan Dan Kelentukan Togok Terhadap Kecepatan Renang Gaya Kupu-Kupu Pada Atlet Renang Kota
Makassar.
Dengan demikian model desai penelitian yang di gunakan
secara sederhana dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2: desain penelitian
Keterangan:
X1 = Kekuatan otot tungkai
X2
= Kekuatan otot lengan
X3 = Kelentukan togok
Y = Kecepatan
renang gaya kupu-kupu
B.
Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru
tentang konsep variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka
variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional sebagai
berikut:
1. Kekuatan otot tungkai yang dimaksud adalah komponen
kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk
menerima beban sewaktu bekerja (M.Sajoto,1995:8).jadi kekuatan otot tungkai adalah
kemampuan otot-otot tungkai untuk menahan beban sewaktu bekerja. Kekuatan otot
tungkai seseorang dapat di ketahui melalui satuan ukuran leg dynamometer.
2. Kekuatan otot lengan yang dimaksud adalah Kemampuan
lengan dalam melakukan suatu gerakan hentakan ayunan yang menghambat tahanan
didalam air guna membawa tubuh didalam menyikapi teknik-teknik yang ada pada
gaya kupu-kupu itu sendiri. Kekuatan otot lengan seseorang dapat di ketahui
melalui satuan ukuran push-up.
3. Kelentukan togok yang dimaksud adalah Kelentukan
togok belakang yang merupakan unsur fisik, yang juga sangat berperan dalam
proses gerak renang gaya kupu-kupu. Pada proses pola gerak ini di butuhkan
kelentukan pada daerah togok. Dengan memiliki kelentukan togok belakang yang
lebih luas dan maksimum maka akan menghasilkan kecepatan renang gaya kupu-kupu
yang lebih efisien. Kelentukan togok
belakakang seseorang dapat di ketahui melalui satuan ukuran ekstention
dynamometer.
4. Kecepatan renang gaya kupu-kupu yang di maksud adalah
kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan secara maksimal
dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan jarak
50 meter.
C.
Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dibatasi oleh
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama
(Sutrisno Hadi, 1988:220). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian.
Olehnya
itu Populasi dalam penelitian ini adalah atlet renang putra kota Makassar.
2. Sampel
Sebagian
populasi yang diselidiki disebut sampel atau contoh (Sutrisno Hadi, 1988:221).
Besar kecilnya sampel dari jumlah populasi sebenarnya tidak ada ketentuan yang
mutlak berapa persen sampel yang harus diambil dari populasi (Sutrisno Hadi,
1988:74).
Dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian individu yang
memiliki karakter sama untuk diselidiki dan dapat mewakili seluruh populasi.
Berdasarkan pengertian tersebut maka sampel
yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang atlet
renang putra kota Makassar.
D.
Teknik pengumpulan data
Data yang perlu dikumpulkan in adalah
data dari berbagi unsure kondisi fisik yaitu kekuatan otot tungkai, kekuatan
otot lengan, kelentukan togok dan kecepatan renang 50 meter gaya kupu-kupu.
Data yang perlu dikumpulkan ini adalah
survey tes dengan tekhnik korelasi,pengambilan data dilakukan dengan pemberian
tes dan pengukuran melalui metode survey,yaitu peneliti mengamati secara
langsung pelaksanaan tes dan pengukuran dilapangan.tes dan pengukuran yang
dilakukan meliputi:
1.
Tes
kekuatan otot tungkai
Tujuan - Untuk Mengukur kekuatan otot tungkai
Alat/fasilatas
-
Leg Dynamometer
-
Formulir tes dan alat tulis
Pelaksanaan
-
Teste
memakai pengikat pinggang, kemudian berdiri dengan membengkokkan kedua lututnya
hingga membentuk sudut ± 450, kemudian alat pengikat pinggang
tersebut dikaitkan pada leg dynamometer.
-
Setelah
itu teste berusaha sekuat-kuatnya meluruskan kedua tungkainya.
-
Setelah
teste itu meluruskan kedua tungkainya dengan maksimum, lalu kita lihat jarum
alat-alat tersebut menunjukkan angka berapa.
-
Angka
tersebut menyatakan besarnya kekuatan otot tungkai teste.
Penilaian
-
Skor
terbaik dari tiga kali percobaan dicatat sebagai skor
dalam satuan kg,
dengan tingkat ketelitian 0,5 kg.
2.
Tes
kekuatan otot lengan
Tujuan - Untuk mengukur kekuatan otot lengan
Alat/fasilitas
-
Lantai
rata
-
Stopwatch
-
Formulir
tes dan alat tulis
Pelaksanaan
-
Sampel
menempatkan kedua tangan pada lantai dengan posisi telungkup.
-
Selanjudnya
sampel mengankat badan dengan kedua lengan lurus ke atas dan turun kembali
seperti semula.
-
Pelaksanaan
push up dilakukan selama 30 detik.
-
Kesempatan
di berikan sebanyak 1 kali.
Penilaian
-
Hasil
yang di catat adalah beberapa banyak phus-up yang dapat dilakukan selama 30
detik.
3.
Tes
kelentukan togok belakang
Tujuan - Untuk
mengukur kelentukan togok belakang
Alat/Fasilitas
-
Ekstention Dynamometer
-
Formulir tes
-
Alat tulis
Pelaksanaan
-
Sampel
telungkup,Kedua lengan dibelakang pinggul,Dagu rapat dilantai sedangkan tungkai
lurus dan tetap kontak pada lantai.
-
Sampel
mengankat badan da kepalanya ke atas sejauh mungkin.
-
Untuk
menjaga kestabilan badan sampel, diperlukan seseorang duduk di tungkai sampel.
-
Kesempatan
diberikan dua kali berturut-turut.
-
Yang di
ukur adalah jarak (tinggi) dari lantai ke dagu.
4. Tes kecepatan renang gaya kupu-kupu
Tujuan - Untuk
mengukur kecepatan renang gaya kupu-kupu sejauh 50 meter.
Alat/fasilitas
-
Kolam
renang Sepanjang 50 M
-
Stopwach
-
Formulir
tes dan alat tulis.
Pelaksanan
:
-
Sampel
berdiri dipinggir kolam renang.Dengan posisi siap untuk mendengarkan aba-aba
dari peneliti.
-
Kemudian
sampel melakukan renangan sejauh 50 M.
Penilaian :
Hasil yang diambil adalah waktu yang ditempuh sejauh 50 M oleh sampel dan dicatat oleh peneliti,
kesempatan diberikan 1 kali kesempatan.
E.
Teknik Analisis Data
Bentuk data dalam penelitian ini adalah bentuk angka
yaitu data hasil pengukuran panjang lengan, kekuatan otot tungkai, kekuatan
otot perut dan kecepatan renang 50 meter gaya kupu-kupu. Secara teknik cara
pengukurannya ada empat yang dilakukan terhadap semua sampel. Data yang melalui
tes ini masih merupakan data kasar. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan uji statistik korelasional dengan paket spss 16.
Hubungan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
hubungan korelasi. Sedangkan analisis inferensial untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda.
Langkah-langkah dalam analisis data penelitian sebagai berikut:
1. Analisis statistik deskriptif menggambarkan data secara
umum tentang data yang meliputi rata-rata dan standar deviasi.
2. Uji persyaratan analisis.
3. Analisis koefisien korelasi dan analisis koefisien
korelasi ganda person.
Dari keseluruhan langkah-langkah analisis data tersebut
diatas semuanya akan dianalisis dengan menggunakan komputer program spss 16
dengan taraf signifikan 95%.
DAFTAR
PUSTAKA
Councilman, James S. 1968. Science
Of swimming. New Jersey: Prentice – Hall Inc.
Hadi,
Sutrisno. 1988. Metodologi Research Jilid 1-4. Yogyakarta :
Andi Offset.
Harsono. 1983. Coaching dan Aspek – aspek Psikologis dalam Coaching.
Jakarta:Tambak Kusuma.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek – aspek Psikologis dalam Coaching.
Jakarta:Tambak Kusuma.
Jensen, 1983. Applied
kinesiology and Biomechanices. New York: Mc. Graw Hill, Inc Book Company.
Kasiyo
Dwijowinoto, Djeman, Sugiharto. 1995. Penataran Pelatih Renang Guru Olahraga
Se-Kodia Semarang. Semarang.
Kasiyo Dwijowinoto.
1980. Renang Perkembangan Pengajaran Teknik dan taktik. Semarang: IKIP
Semarang.
M.Sajoto. 1995. Peningkatan
dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olah Raga. Semarang: Dahara
Prize.
Sadoso Sumosardjuno.
1986. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga.Jakarta : Gramedia
Sugiono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Bandung.
Alfabeta
Soejoko
Hendromartono. 1992. Olahraga Pilihan Renang. Jakarta : Depdikbud.
Singer,
N.Robert., 1980. Motor learning and human
performance an application to motor skill and movement behaviors. New York:
Macmillan Publising Co Inc.
Syam,
Nadwi. 2009. Pedoman Mengajar Renang Dan
Melatih Renang. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Makassar.
Uram, Paul. 1986. Latihan Peregangan Untuk Pelatih
Guru Olahraga Mahasiswa FPOK dan Atlet. Jakarta. Penerbit Akademi Presindo.
Wilmore. 1986. Training
For Sport and Physical Aktivity. Boston : Allyn and Bacon, Inc